Di sebuah sudut Kelurahan Bonto Perak, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, hiduplah seorang guru honorer bernama Muh. Asri. Setiap pagi, ia mengajar di sebuah Madrasah Tsanawiyah dengan penuh dedikasi. Namun, di balik senyumnya yang ramah, ada perjuangan yang tak banyak orang tahu: penghasilannya sebagai guru honorer tak cukup untuk menghidupi keluarga.
Hingga suatu hari, Asri menemukan secercah harapan melalui program ZChicken dari BAZNAS. Ia terpilih sebagai salah satu penerima manfaat dan memulai usahanya berjualan ayam crispy. Namun, perjalanannya tak semulus yang dibayangkan.
Dengan semangat tinggi, Asri memulai bisnis ayam crispy-nya. Awalnya, penjualan cukup menjanjikan. Namun, memasuki bulan-bulan berikutnya, omzetnya mulai menurun. Tantangan datang silih berganti: persaingan semakin ketat, daya beli masyarakat fluktuatif, dan biaya produksi yang harus terus dikelola dengan cermat.
Melihat peluang di tempat ia mengajar, Asri memutuskan untuk berjualan di kantin sekolah. Ia tahu betul bahwa siswa-siswanya memiliki uang saku terbatas, sehingga ia menetapkan harga yang terjangkau: Rp8.000 untuk satu porsi ayam dan nasi.
Dengan kreativitasnya, Asri membagi satu potong ayam menjadi dua bagian. Dengan cara ini, ia tetap bisa memberikan harga murah tanpa mengurangi kualitas rasa. “Saya ingin anak-anak bisa menikmati ayam crispy dengan harga terjangkau, tapi saya juga harus memastikan usaha ini tetap berjalan,” ujarnya.
Meski belum signifikan, strategi ini perlahan membuahkan hasil. Penjualannya mulai stabil, dan ia bisa terus membantu perekonomian keluarga. Asri mengaku bersyukur atas dukungan BAZNAS yang membantunya memulai usaha ini.
“Alhamdulillah, meski belum besar, setidaknya saya bisa mandiri dan punya penghasilan tambahan,” tuturnya dengan senyum penuh harap.
Kisah Asri adalah bukti bahwa ketekunan dan kreativitas bisa mengubah tantangan menjadi peluang. Dengan dukungan yang tepat, mustahik seperti dirinya bisa perlahan bangkit dan mandiri secara ekonomi.
Program ZChicken BAZNAS bukan sekadar memberikan bantuan, tapi juga mendorong kemandirian. Dan Asri telah membuktikannya—dari seorang guru honorer yang pas-pasan, kini ia mulai menapaki jalan sebagai pengusaha kecil yang penuh semangat. (UYR/BAZNAS)